Membeli hunian melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kini menjadi pilihan banyak masyarakat. Alasannya sederhana, harga rumah terus meningkat dari tahun ke tahun, sementara tidak semua orang mampu membeli secara tunai. KPR memberikan kemudahan dengan sistem cicilan jangka panjang sesuai kemampuan finansial. Sehingga rumah impian menjadi lebih terjangkau. Di Indonesia sendiri, ada dua skema yang kerap diperbandingkan yaitu KPR bersubsidi vs komersial.
Memahami Perbedaan KPR Bersubsidi vs Komersial
Pada dasarnya, dua skema kredit ini memiliki tujuan yang sama, yakni memfasilitasi masyarakat untuk memiliki hunian pribadi dengan mudah. Kendati begitu, mekanisme dan ketentuannya berbeda.
Sayangnya, tak sedikit masyarakat Indonesia yang belum memahaminya. Padahal, memahami perbedaan antara keduanya sangatlah penting. Terutama supaya calon pembeli dapat memilih metode kredit rumah yang paling sesuai dengan kebutuhan maupun kemampuan.
Agar tidak salah mengambil keputusan, mari kita pahami lebih dalam perbandingan KPR bersubsidi vs komersial berikut ini.
Skema KPR Bersubsidi
Secara umum, KPR bersubsidi menjadi salah satu program pembiayaan hunian dari pemerintah, khususnya melalui Kementerian PUPR. Tujuan utamanya membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mendapatkan rumah pertama mereka.
Dalam skema ini, pemerintah memberikan dukungan berupa suku bunga tetap yang rendah, biasanya berkisar antara 5% per tahun. Uang muka atau DPnya ringan, bahkan dalam beberapa penawaran bisa 0%.
Programnya juga membebaskan pembeli dari pajak pertambahan nilai (PPN). Sekaligus memberikan bantuan uang muka (SBUM) bagi calon pemilik yang memenuhi kriteria tertentu. Harga keseluruhan tentu jauh lebih murah.
Hanya saja, hunian yang pemerintah tawarkan melalui KPR bersubsidi umumnya sederhana. Rata-rata pada tipe 36 terdiri dari satu lantai saja. Mencakup 2 kamar, 1 toilet dan sedikit space kosong bisa untuk dapur atau ruangan lain.
Rumah bersubsidi juga mempunyai aturan renovasi ketat. Termasuk larangan mengubah fasad, hanya bisa menambah pagar atau kanopi. Sementara lokasi perumahan subsidi biasanya jauh dari pusat kota.
Skema KPR Komersial
Lain dengan skema bersubsidi, KPR komersial merupakan pembiayaan yang sepenuhnya tersedia oleh lembaga keuangan. Seperti halnya bank tanpa campur tangan pemerintah. Karena tidak ada subsidi, tentu saja harganya relatif mahal.
Dalam skema ini, suku bunga bisa bersifat tetap dalam waktu tertentu atau mengambang mengikuti kondisi pasar. Uang mukanya pun juga lebih tinggi mulai dari 10 hingga 20 persen dari total harga rumah.
Namun, KPR komersial memberikan keleluasaan lebih kepada calon pembeli. Terutama dalam menentukan jenis, desain, dan lokasi rumah sesuai keinginan masing-masing. Fasilitasnya pun lebih lengkap karena bisa menentukan sendiri. Bahkan, proses renovasi tidak memiliki aturan yang terikat.
Mana yang Lebih Menguntungkan?
Jika melihat keduanya, perbandingan antara mana yang paling menguntungkan tentu tergantung pada kondisi keuangan dan kebutuhan masing-masing individu. KPR bersubsidi bisa sangat menguntungkan bagi pasangan muda atau pekerja dengan penghasilan tetap tapi belum besar.
Di sisi lain, KPR komersial ideal bagi masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas. Bisa juga bagi yang ingin membeli rumah dengan spesifikasi lebih bebas.
Supaya lebih terarah, selalu pastikan membuat keputusan bijak dalam mempertimbangkan antara memilih KPR bersubsidi vs komersial. Sehingga pada akhirnya besaran cicilan dan tenor kredit tidak sampai membebani kemampuan finansial.